DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Anggota Bawaslu Bali Ketut Aryani menyebutkan afirmasi perempuan dalam konteks politik mempengaruhi transformasi budaya dan perspektif publik terhadap peran gender.

Hal itu dikatakannya saat menjadi narasumber dalam kegiatan Sosialisasi Pada Segmen Perempuan Guna Mewujudkan Ekosistem Penyelenggaraan Pemilihan Yang Adil dan Bermartabat yang digelar oleh KPU Kota Denpasar di Hotel Puri Ayu, Sabtu (22/6/2024).

Baca juga :  Bali Masuk Kategori Rawan Sedang Tingkat Kerawanan Pemilu 2024

Ariyani mengatakan bahwa ada tantangan yang masih harus dihadapi kaum perempuan yang hendak terjun kedalam dunia politik.

Salah satunya adalah budaya patriarki yang telah mengakar dalam banyak masyarakat membuat perempuan masih sering menghadapi diskriminasi, stereotip, dan hambatan institusional yang menghalangi akses mereka ke posisi kekuasaan politik yang lebih tinggi.

Baca juga :  Poster Dipaku Dipohon, Bawaslu: Melanggar Estetika

“Kuota perempuan memang 30 persen, namun itu sebatas syarat administrasi, belum banyak perempuan memegang posisi sentral, ini harus kita push bersama, dengan menambah literasi di bidang apapun yang diminati, termasuk politik,” terangnya.

Untuk itu menurutnya, dengan melihat lebih banyak perempuan yang memegang posisi dan turut serta dalam proses pengambilan kebijakan, persepsi bahwa politik merupakan tempat eksklusif untuk laki-laki akan semakin terkikis.

Baca juga :  Ketua KPU Denpasar: Sistem E-Coklit Kurang Bersabahat untuk Anak Muda

“Ini membuka pintu bagi generasi muda perempuan untuk bermimpi lebih besar dan mengejar aspirasi politik mereka tanpa hambatan gender,” ujarnya.

Editor: Agus Pebriana