DIKSIMERDEKA.COM, JAKARTA Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah menyoroti kekosongan agenda yang terjadi pasca Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan daftar partai politik yang ikut dalam Pemilu 2024.

Hal ini ia ungkapkan dalam Diskusi Virtual Politik  yang diselenggarakan oleh PP KMHDI dengan tema “Pemilu 2024: Ajang Unjuk Popularitas Atau Unjuk Gagasan Menuju Kesejahteraan Indonesia?”, Sabtu (28/01/2023).

Menurutnya kekosongan tersebut seharusnya dimanfaatkan dengan mengadakan pertarungan gagasan yang dilakukan oleh partai politik yang telah resmi ditetapkan sebagai peserta Pemilu.

“Sistem Pemilu hari ini menyediakan ruang kosong setelah KPU menetapkan partai politik peserta Pemilu 2024. Harus ada platform yang memfasilitasi adanya pertarungan gagasan antar partai,” ungkapnya.

Baca juga :  Pilkada 2020 Jadi Sejarah Baru Pemilu Indonesia

Sehingga tambahnya, rakyat sebagai pemilih menjadi tahu partai politik mana yang membawa gagasan yang mereka inginkan.

Senada dengan hal tersebut member Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi mengatakan bahwa minimnya politik gagasan yang terjadi hari ini disebabkan orientasi dari peserta pemilu  didominasi oleh orientasi kekuasaan tinimbang orientasi kerakyatan.

Ia juga menyebut bahwa mandegnya narasi-narasi konstruktif hari ini juga disebabkan oleh terjebaknya politisi dalam hal-hal yang sifatnya prosesi tinimbang substantif.

“Orientasi kekuasaan yang mendominasi daripada orientasi kerakyatan dari peserta Pemilu menjadi salah satu faktor dari minimnya politik gagasan. Dalam Pemilu kita ini ada tiga hal yang tidak bisa luput, yakni kualitatif, kuantitatif, dan kuantitatif, sehingga hal ini juga jadi penghambat upaya pendidikan politik untuk rakyat,” jelas Yusfitriadi.

Baca juga :  Penggiat Pemilu : Daftar Pemilih Rawan Digugat 

Pada sisi lain Ketua Presidium KMHDI I Putu Yoga Saputra mengatakan Pemilu 2024 dipenuhi pertarungan figur-figur yang digadang-gadang sebagai capres dan cawapres mendatang dengan menegasi gagasan yang seharusnya menjadi inti dalam negara demokrasi.

“Hari ini kita lebih banyak melihat bahwa politik kita dipenuhi dengan adu popularitas calon-calon yang digadang-gadang bakal bertarung dalam kontestasi Pemilu 2024. Harusnya gagasanlah yang diutamakan dan dimunculkan sebagai objek perdebatan, bukan figur,” jelas Yoga Saputra.

Baca juga :  Wewenang Bawaslu Mengingatkan, Mensos Imbau Tidak Politisasi Bansos untuk Pilkada

Ia juga menekankan kalau partai politik hari ini tidak memiliki kejelasan ideologi, program, hingga gagasan yang akan diadu di ruang publik.

“Partai politik hari ini juga masih berada dalam fase kegamangan. Tidak ada kejelasan, baik dalam ideologi, program, hingga gagasan. Sehingga hal ini membuat kita hanya terjebak pada perdebatan figur yang akan jadi capres-cawapres tanpa mempertanyakan gagasan apa yang dibawa,” terang Yoga Saputra.