Tanggulangi Banjir Pemogan, BWS Bali-Penida Siapkan Kajian
DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Banjir besar yang terjadi pada Minggu (31/5) dini hari membuat kehidupan masyarakat Desa Pemogan, Denpasar Selatan menjadi resah. Warga was-was, banjir setiap saat dapat datang kembali meneror kenyamanan hidup mereka, merenggut harta benda dan bahkan mengancam jiwa anggota dan sanak keluarganya.
Bagaimana tidak banjir yang terjadi pada akhir bulan lalu itu benar-benar membuat warga di lima banjar (Banjar Gelogor Carik, Banjar Sakah, Banjar Kajeng, Banjar Rangkan termasuk Banjar Teruna Bhineka dan Banjar Mekar) di Desa Pemogan syok.
Banjir yang terjadi saat itu dikatakan sangat besar, mencapai ketinggian sekitar satu setengah meter, atau setinggi dada orang dewasa. Warga menyebut banjir besar ini disebabkan oleh saringan penahan sampah yang ada di Waduk Muara Nusa Dua, Pemogan.
Banyaknya sampah yang tertumpuk di saringan sampah tersebut memblokade aliran air yang menuju ke waduk yang akhirnya meluap dan menggenangi pemukiman warga.
Selain itu, disebut-sebut juga banjir terjadi akibat elevasi dudukan saringan sampah yang lebih tinggi dari muka air di hulunya. Sehingga, kombinasi dari dua masalah ini menyebabkan warga di lima banjar Desa Pemogan menderita banjir.
Terkait kondisi ini, Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWSBP) menyatakan akan melakukan kajian untuk menanggulangi permasalahan banjir tersebut. Tahun ini kajian tersebut akan selesai dilakukan, sementara untuk realisasinya rencana pada tahun 2021.
Hal tersebut diungkapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BWSBP, I Ketut Asmara Putra saat ditemui di tempat kerjanya, pada Senin 15 Juni 2020. “Tahun ini kita akan lakukan kajian, untuk realisasinya, jika kondisi negara sudah aman, kemungkinan tahun 2021 mendatang dapat dilakukan,” ujarnya, didamping Sagung Ratih Sri Wulandari MP PPK OP SDA IV.
Sementara untuk solusi penanganan banjir dalam jangka pendek, terang Ketut Yasmara lebih lanjut, pihaknya menyiagakan 3 unit mobil pompa. Tiga mobil pompa dengan kapasitas masing-masing 86 liter per detik ini akan menjadi andalan utama mereka menolong masyarakat dari banjir.
“Dalam waktu dekat, jika memang terjadi banjir seperti itu lagi (banjir besar pada Minggu 31 Mei 2020) kita punya 3 unit mobil pump dengan kapasitas 86 litet per detik, kali dua (pompa) tiap unit mobil. Jadi itu yang dapat kita lakukan untuk antisipasi,” katanya.
Selain itu, terkait masalah sampah, Ketut Asmara berharap ada sinergi yang lebih serius dilakukan oleh pihak Pemerintah Kota Denpasar (Kodya) dan Pemerintah Kabupaten Badung. Ia berharap pemerintah dapat kembali menggalakan upaya-upaya edukasi dan penindakan masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
Menurutnya jika sampah dapat dihilangkan secara signifikan dari sungai, maka banjir pun akan lebih mudah diatasi.
“Kami harap Pemerintah Kodya, Pemerintah Kabupaten Badung dapat bersinergi menanggulangi sampah dengan meningkatkan edukasi kepada masyarakat dan menindak yang membuang sampah sembarangan. Mungkin dapat dilakukan mulai dari tingkat banjar dulu diedukasi,” ujarnya.
Sementara itu, desain tukad badung yang telah dibuat dengan penampang ganda menurutnya mampu menampung banjir Q50 (banjir besar dengan debit periode ulang 50 tahun). Namun dengan masifnya alih fungsi lahan yang terjadi, katanya, membuat penyerapan air berkurang.
“Kalau untuk saat ini, dengan kondisi yang telah didesain dengan Q50, itu sudah aman sebenarnya. Namun, selain sampah, juga akibat adanya alih fungsi lahan yang cukup tinggi di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, menyebabkan penyerapan air berkurang, semua air hujan yang turun akhirnya masuk ke Tukad Badung,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan