DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Pemerintah Kota Denpasar melalui Wakil Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara akhirnya menyalurkan bantuan sembako untuk Pecalang Denpasar yang sudah kurang lebih tiga setengah bulan lamanya ngayah (kerja sosial), ikut berjibaku dalam upaya-upaya penanggulangan penyebaran wabah Covid-19 di Denpasar.

Sebanyak 850 paket sembako, dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali disalurkan bagi Pecalang se-Desa Adat Denpasar, melalui Wakil Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, di Gedung Dharma Negara Alaya, Taman Kota, Lumintang, Denpasar, Jum’at (5/6) pagi.

Terkait ini, salah satu Tokoh Adat Masyarakat Kota Denpasar, Anak Agung Gede Agung Aryawan mengaku mengapresiasi pemberian bantuan tersebut, meski menurutnya, terkesan sedikit terlambat, bantuan diberikan setelah adanya desakan dari beberapa pihak/ tokoh masyarakat di Denpasar.

Sebagai catatan, Gung De juga merupakan salah satu Tokoh yang getol berteriak dan memperjuang kepentingan dan kebutuhan prajuru adat khususnya Pecalang di Kota Denpasar dalam kerja-kerja penanggulangan pandemi Covid-19 saat ini.

Baca juga :  Aktifkan Kembali Satgas Gotong Royong, Gubernur Koster Suntik Desa Adat Dana Rp74,65 Miliar

“Terasa terlambat pastinya, tapi jauh lebih baik daripada tidak mendapat perhatian setelah 3 bulan lebih berlalu, Pecalang berjibaku siang dan malam mengorbankan waktu dan tenaga, ikut dalam upaya penanggulangan wabah Covid-19 di Bali,” ujar Gung De, panggilan akrabnya.

Anak Agung Gede Agung Aryawan.

Sementara itu, terkait wacana pemberian dana insentif bagi Pecalang yang saat ini tengah dikaji Pemerintah Kota, Gung De yang juga Kelian Banjar Sakah, Kepaon-Pemogan ini mengatakan sudah sepantasnya insentif itu diberikan kepada Pecalang, mengingat begitu besarnya beban yang dipikul oleh Pecalang dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

“Meski memang sudah kewajibannya ngayah menjaga palemahannya, tapi ini (Penanggulangan Covid-19) bukan semata-mata tugas utama Pecalang. Ada petugas negara yang diberi gaji untuk melakukan kerja-kerja ini, jadi wajar dan sudah sepantasnya Pecalang diberi perhatian yang lebih oleh Pemerintah,” ungkapnya.

“Jadi segera saja itu (insentif) direalisasikan. Karena Pecalang itu sebagian besar ekonominya menengah ke bawah. Dan ingat, mereka juga ekonominya terdampak oleh Covid-19 ini. Ada yang dulunya kerja di hotel jadi security dan lainnya, sekarang kerja serabutan karena hotel tutup,” tandasnya.

Baca juga :  Gubernur Siapkan Insentif Bagi Desa Adat Terkait Penanganan COVID-19

Sementara itu, Ketua Pecalang Kota Denpasar, I Made Mudra, ditemui di Posko Induk Satgas Gotong Royong Covid-19 Desa Adat Denpasar, di Jl. Batukaru, No. 1, Kelurahan Pemecutan, Kota Denpasar, mengaku mengapresiasi bantuan yang diberikan oleh BPD Bali yang disalurkan melalui Pemerintah Kota Denpasar tersebut.

Bantuan itu, menurutnya memang sangat diharapkan oleh personil Pecalang yang terhitung sudah sejak sebelum Nyepi mulai bergerak, ngayah mengamankan wilayah palemahannya (lingkungan) masing-masing. Dan mengingat, di satu sisi, mereka juga masuk kategori masyarakat yang terdampak Covid-19.

“Pecalang ini kan tugas ngayah, bukan pekerjaan utama. Untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka (Pecalang) tetap harus bekerja. Dan, dari segi pekerjaan mereka juga sangat terdampak akibat pandemi ini (Covid-19). Ada yang bekerja di hotel, dan kita tahu sekarang hotel tutup,” sebutnya.

“Pada intinya kami mengapresiasi perhatian yang diberikan untuk Pecalang melalui Pemerintah Kota Denpasar, dalam hal ini Pak Wawali (Wakil Walikota) yang memfasilitasi bantuan sembako dari BPD Bali untuk Pecalang se-Desa Adat Kota Denpasar, kurang lebih ada 850 personil dari 35 Desa Adat yang ada. Perhatian ini memang sangat dibutuhkan,” paparnya.

Baca juga :  Terkait 'Nasib' Satgas GR, Gung De Datangi Kantor Dinas Pemajuan Masyarakat Adat

Terkait wacana pemberian Insentif untuk Pecalang oleh pemerintah Kota Denpasar, Made Mudra juga sangat menyambut baik. Kerja ngayah yang dilakukan Pecalang dalam penanggulangan Covid-19 selama ini, katanya, dibiayai secara swadaya. Pecalang, menurutnya, tidak hanya mengabdikan waktu dan tenaga, tapi juga materi.

“Selama ini secara swadaya. Terutama untuk bensin dan makan, sebagian besar dari pribadi masing-masing. Jadi bukan hanya waktu dan tenaga, materi juga mereka abdikan untuk ngayah, mengamankan wilayah palemahannya (lingkungan) masing-masing,” ujarnya.

“Jika sekarang ada wacana itu (pemberian insentif), saya dengar ini sedang dikaji, tentu kami sangat menyambut baik. Yang jelas kami (Pecalang) semangatnya adalah ngayah, tidak mungkin kami meminta-minta, selebihnya adalah tinggal kepekaan, kepedulian dan perhatian dari pemimpin (pemerintah) saja yang kami harapkan,” tandasnya.