Gung De: Bagi Saya Persaudaraan Itu Melampaui Sekat-Sekat Perbedaan
DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Sebagai tokoh masyarakat yang menghargai dan menghormati kebhinekaan, Anak Agung Gede Agung Aryawan ST., selalu berupaya dapat mengayomi semua umat. Meskipun ia adalah seorang Hindu, baginya persaudaraan dan kemanusiaan itu melampaui segala bentuk perbedaan, baik itu suku maupun agama.
Demikian disampaikannya saat menghadiri undangan dari Yayasan Al-Hikam Bali dalam acara Jalinan Tali Asih Anak Yatim dalam perayaan Maulid Nabi yang dilaksanakan, di Jl. Pura Demak, Denpasar Barat, Sabtu (23/11) malam.
“Bagi saya semua saudara dan saya senang memiliki banyak saudara. Terlebih anak yatim, ingat, mereka itu menjadi tanggung jawab kita semua untuk memberinya perhatian, tidak boleh memandang sekat-sekat perbedaan suku maupun agama,” ungkap Gung De, panggilan akrab AA. Gede Agung Aryawan saat ditemui di lokasi acara.
Selain itu, Gung De juga menyampaikan bahwa, keragaman yang kita miliki harus disyukuri, karena itu membuat kehidupan kita menjadi lebih berwarna, layaknya taman yang indah karena tumbuh beraneka ragam bunga.
Untuk itu, ia mengatakan pentingnya komunikasi yang baik dari tokoh-tokoh antar umat beragama untuk merawat keberagaman itu, dengan demikian akan dapat meminimalisir kesalahpahaman sehingga menghasilkan keharmonisan dan ketentraman di tengah masyarakat.
“Komunikasi yang baik antar tokoh umat akan memperkuat dan memperteguh kerukunan umat beragama yang merupakan bagian dari tradisi, khususnya untuk membangun Kota Denpasar yang lebih sejahtera,” ungkap Kelian Banjar Sakah, Desa Adat Kepaon, Desa Pemogan, Denpasar Selatan itu.
Senada dengan Gung De, Ketua Yayasan Al-Hikam Bali, Hj. Agus Budiono menjelaskan bahwa sesuai dengan karakter yang ditunjukan oleh rasulullah, Nabi Muhammad yang selalu mengajarkan bahwa “dimana bumi dipijak maka disitu langit dijunjung”. Yayasan Al-Hikam selaku organisasi sosial-keagamaan selalu mengedepankan gerakan yang ‘membumi’.
Sehingga selama 20 tahun eksistensi yayasan ini selalu mendapat tempat dan penerimaan yang baik oleh semua lapisan masyarakat. “Rasulullah selalu mengajarkan karakter bahwa dimana bumi dipijak maka disitu langit dijunjung. Hal inilah yang selalu meneladani gerakan kami, sehingga selama 20 tahun keberadaan kami selalu diterima dimanapun kami hadir,” paparnya.
Selain itu, Hj. Agus juga sangat mengapresiasi toleransi kehidupan antar umat beragama di Bali. Menurutnya cara masyarakat Bali memperlakukan perbedaan sangat luar biasa. Toleransi dan saling menghargai antar umat beragama di Bali menurutnya benar-benar dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat Bali.
“Toleransi di Bali menurut saya sangat luar biasa, bukan hanya sekedar slogan, tetapi benar-benar diimplementasikan dengan baik oleh masyarakat Bali,” ujarnya.
Untuk kedepan ia berharap dan mengajak semua tokoh antar umat untuk selalu menghargai perbedaan dan saling menjalin komunikasi yang baik sehingga kehidupan yang rukun dan harmonis dalam masyarakat selalu terjaga.
“Saya mengajak untuk melihat bahwa, perbedaan itu adalah hal yang biasa. Lebih tinggi dari itu adalah sisi kemanusiaan dan persaudaraan kita. Keyakinan itu urusan di dalam hati dan urusan akhlak masing-masing orang. Tapi saling menyayangi dan menjaga hak-hak masing-masing adalah kebutuhan semua umat manusia,” ujarnya.
Memberikan santunan kepada anak-anak yatim ini sendiri terangnya lebih lanjut, merupakan kegiatan yang rutin dilakukan Yayasan Al-Hikam setiap kali peringatan Maulid Nabi setiap tahunnya. Pada kesempatan kali ini Yayasan Al-Hikam memberi santunan kepada kurang lebih 150 anak yatim. “Menyantuni anak yatim adalah meneladani Rasulullah. Rasulullah bersabda aku dan para pencinta anak yatim itu seperti dua jari yang bersebelahan,” tandasnya. (Adhy)
Tinggalkan Balasan