Sampaikan Materi Kebangsaan pada MPLS, Dandim Badung: Pahami Sejarah dan Jaga Persatuan
DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR-BALI – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS di sekolah menengah atas (SMA) ataupun sekolah menengah pertama (SMP) di wilayah Denpasar di mulai hari ini, Senin (15/07/2019) dengan berbagai kegiatan oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) masing masing.
Untuk di SMA Negeri 2 Denpasar, kegiatan MPLS salah satunya diisi dengan materi kegiatan wawasan kebangsaan yang disampaikan oleh Dandim 1611/Badung, Letkol Inf Handoko Yudho Wibowo, S.E., dengan mengambil tema “Menjiwai Pancasila Dalam Rumah Indonesia”.
Dalam paparannya Letkol Inf Handoko Yudho Wibowo, S.E., menyampaikan, sejarah Bangsa Indonesia yang di zaman dulu wilayah Nusantara ini memiliki raja-raja yang hebat.
Di antaranya Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7), Majapahit (abad ke-12) yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sumatera, Jawa, Malaysia, Thailand, Kamboja dan Vietnam namun kehancurannya diakibatkan oleh pemberontakan yang terjadi di kerajaan dalam wilayah kekuasaannya yang dilakukan oleh Raja Colomandala dari negeri Melayu.
“Dua kerajaan besar Nusantara yang sangat termasyhur di zamannya itu (Sriwijaya dan Majapahit) hancur karena selalu ribut sendiri tidak bisa bersatu,” ujarnya.
“Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit berdirilah kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di seluruh Nusantara,” imbuhnnya.
Selanjutnya, Letkol Handoko memaparkan bagaimana pada tahun 1512 bangsa Eropa, Bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda yang masuk ke wilayah Nusantara untuk melakukan perdagangan, namun dalam perjalanannya mereka ingin menguasai wilayah Nusantara yang banyak menghasilkan rempah-rempah.
Upaya jahat tersebut lanjut Letkol Handoko, menimbulkan perlawanan dari oleh raja-raja yang bersifat kedaerahan selama kurang lebih 300 tahun. Perlawanan kedaerahan pun terjadi yang dilakukan oleh Cut Nyak Dien, Sisingamangaraja dan Imam Bonjol di Sumatera, Pangeran Diponegoro di Jawa, Pangeran Antasari di Kalimantan, Sultan Hasanuddin di Sulawesi dan Pattimura di Maluku.
Sedangkan di Bali Nusra, ujarnya, dilakukan oleh Patih Jelantik, NTB oleh Sultan Salahudin dan NTT oleh Izak Huru Doko. Namun semua perang atau perlawanan yang bersifat kedaerahan tersebut tidak berhasil mengusir penjajah dari wilayah Nusantara.
Hal tersebut, papar Letkol Handoko lebih dalam, membuat mata dan pikiran para pemuda-pemuda yang berada di wilayah Nusantara untuk bersatu dengan mendirikan organisasi kepemudaan yang bernama Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dikenal dengan kebangkitan nasional.
Gerakan kebangkitan nasional ini adalah untuk mewujudkan kesepakatan jiwa dalam kebersamaan dalam persatuan dan dalam senasib seperjuangan sehingga melahirkan kesadaran dan tekad untuk bersatu. Hanya membutuhkan waktu 20 tahun saja maka lahirlah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928.
Sumpah Pemuda diprakarsai oleh pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan, seperti Jong Sumatra Bond, Jong Java, Jong Celebes, Jong Ambon dan yang lainnya, dengan melahirkan tekad untuk berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu yaitu “Indonesia”.
“Lahirnya Sumpah Pemuda sebagai awal terwujudnya tekad perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah sehingga timbul semangat juang dengan Motto “Merdeka atau Mati”,” ucapnya.
Kebersamaan dalam perjuangan dan percaya pada kemampuan sendiri, menurut Letkol Handoko yang akhirnya membuat pejuang dan masyarakat kita pada waktu itu, dan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, kita dapat memproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila.
“Jika kita bersatu padu, bergotong royong, satukan tekad dan semangat, banyak hal yang bisa kita raih yaitu menghancurkan penjajah yang ratusan tahun telah menjajah kita,” ungkapnya.
Selanjutnya, Letkol Handoko memaparkan bagaimana dinamika perjalanan Bangsa Indonesia di era pemerintahan orde lama, orde baru dan era reformasi, dan bagaimana bangsa kita mampu menghadapi dan bertahan dari rongrongan yang muncul baik dari pihak internal maupun pihak negara luar.
Akhirnya, Letkol Handoko pada kesempatan tersebut berpesan dan mengingatkan kepada para siswa-siswi, khususnya peserta MPLS agar memahami sejarah bangsa dan memahami betapa pentingnya menjaga persatuan dan Pancasila sebagai dasar Negara yang telah menyatukan bangsa kita yang beragam ini. Serta dapat berjuang dan belajar sungguh-sungguh untuk memanfaatkan segala potensi yang kita miliki untuk mengisi kemerdekaan
Sementara itu pihak sekolah yang diwakili oleh Wakil Kepala SMA Negeri 2 Denpasar, Made Oka Satria mengucapkan terima kasih atas apa yang dipaparkan oleh Dandim 1611/Badung.
Menurutnya kegiatan wawasan kebangsaan tersebut dapat menambah pengetahuan dan kecintaan kita kepada bangsa dan negara, terutama untuk peserta masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di sekolah SMAN 2 Denpasar sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. (*/gama)
Tinggalkan Balasan