Gubernur Koster Tegaskan Tumpek Klurut sebagai Hari Kasih Sayang Bersumber dari Budaya Bali
DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Pemerintah Provinsi Bali menggelar perayaan Tumpek Krulut sebagai Hari Kasih Sayang berbasis budaya lokal di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar, Sabtu (7/6/2025).
Acara ini menjadi momentum penguatan nilai-nilai cinta dan kasih sayang yang berpijak pada tradisi dan filosofi budaya Bali.
Dalam kesempatan itu, Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan bahwa Tumpek Krulut adalah bentuk cinta sejati yang berasal dari akar budaya sendiri. Ia menegaskan bahwa masyarakat Bali tidak perlu mengadopsi budaya asing seperti Hari Valentine untuk mengekspresikan kasih sayang.

“Tepuk tangan untuk budaya kita sendiri,” seru Koster dari atas panggung yang disambut antusias ribuan penonton dari berbagai wilayah Bali.
Dalam peringatan ini, Tumpek Krulut diangkat dari sekadar ritus menjadi simbol cinta universal tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada seni, alam, dan kehidupan.
Hari suci ini secara filosofis mengistimewakan Dewa Iswara, manifestasi keindahan dan kebahagiaan dalam wujud “tresna lan asih”.
Koster juga menyampaikan pesan kepada generasi muda untuk bijak menggunakan teknologi.
Ia mengajak anak muda Bali agar memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan membangun peradaban, bukan menjadi ruang penyebaran kebencian dan disinformasi.
Sebagai bentuk kasih nyata, pemerintah menyerahkan tali kasih kepada siswa dan penyandang disabilitas, menandakan bahwa kehadiran pemerintah bukan hanya dalam bentuk kebijakan, tetapi juga melalui tindakan konkret yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat.

Acara turut dimeriahkan dengan penampilan berbagai seniman Bali, termasuk penyanyi senior Bayu KW. Dalam penampilannya, ia menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Bali atas pengangkatan Tumpek Krulut sebagai Hari Kasih Sayang resmi. Ia menyebut langkah tersebut sebagai “revolusi budaya”.
“Baru kali ini Tumpek Krulut diangkat secara resmi. Ini bukan sekadar gagasan, ini revolusi budaya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Perayaan ini merupakan bagian dari implementasi visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yang menempatkan budaya sebagai jiwa pembangunan. Koster menegaskan bahwa budaya bukan aksesoris, melainkan fondasi utama dalam menjaga keajegan Bali.
“Budaya adalah jiwa dari pembangunan kita,” tutupnya.
Malam Tumpek Krulut menjadi penegasan bahwa Bali memilih cinta sebagai kekuatan utama dalam menjaga jati diri di tengah arus globalisasi dan digitalisasi.
Editor: Agus Pebriana
Tinggalkan Balasan