DIKSIMERDEKA.COM – Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) menyatakan kecaman keras terhadap aksi penembakan brutal terhadap wisatawan Hindu yang terjadi di kawasan wisata Pahalgam, Kashmir, India, pada Selasa 22 April 2025. Insiden tersebut mengakibatkan sedikitnya 26 orang tewas dan 17 lainnya mengalami luka-luka.

Ketua Umum PP KMHDI I Wayan Darmawan menyampaikan duka cita mendalam kepada seluruh keluarga korban serta menekankan pentingnya perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM), termasuk mendapatkan jaminan kebebasan berwisata secara aman.

Baca juga :  Dibuka Wakil Wali Kota Denpasar, PC KMHDI Denpasar Siap Laksanakan Sabha XII

“Kami sangat prihatin dan mengecam tindakan tidak berperikemanusiaan tersebut. Tindakan kekerasan atas nama ideologi atau politik tidak bisa dibenarkan dalam kondisi apa pun,” ujar Darmawan, Rabu (24/4/2025).

Darmawan meminta pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri untuk mengambil langkah diplomatik guna memastikan keselamatan WNI di India dan menyuarakan solidaritas terhadap para korban serta mengecam kekerasan tersebut dalam forum internasional.

Baca juga :  KMHDI Minta Kejagung Telusuri Aliran Dana Korupsi Pertamina

Di samping itu, ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk tidak terprovokasi dan tetap menjaga kedamaian, serta terus mendorong penyelesaian damai terhadap konflik-konflik kemanusiaan di dunia, termasuk di peristiwa di Kashmir.

“Kami mendorong ada penyelesaian konflik dengan prinsip kemanusian, bukan dengan kekerasan,” tegasnya.

Sebelumnya, pada Selasa, 22 April 2025, terjadi serangan penembakan terhadap wisatawan di Pahalgam, Kashmir, India, yang menewaskan sedikitnya 26 orang dan melukai 17 lainnya. Korban tewas terdiri dari 25 warga India dan satu warga negara Nepal.

Baca juga :  KMHDI Minta KPU Tindaklanjuti Putusan MA Revisi PKPU 10

Serangan ini merupakan salah satu yang paling mematikan di India dalam hampir dua dekade terakhir, mengingat serangan besar terakhir terjadi pada 2008 di Mumbai.Kelompok militan The Resistance Front (TRF), yang dipimpin oleh Hafiz Saeed, mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.

Editor: Agus Pebriana