DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Rektor Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Stikom Bali Dadang Hermawan angkat bicara soal kasus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (Stikom) Bandung yang menarik ijazah 233 alumni karena dinilai ada kejanggalan dalam proses kelulusan.

Dalam kesempatan konfrensi pers pada Sabtu (25/01/2025), Dadang Hermawan mengatakan ITB Stikom Bali tidak memiliki hubungan kelembagaan dengan Stikom Bandung.

Sebelumnya, beredar kabar bahwa Stikom Bandung berencana akan menarik kembali ijazah 233 alumninya yang lulus pada 2018-2023. Stikom Bandung mengambil langkah tersebut lantaran ditemukan kejanggalan dalam proses kelulusan.

Baca juga :  Ciptakan LFH Menarik, 30 Dosen ITB STIKOM Bali Siap Beri Konsultasi Gratis

Ketua Stikom Bandung, Dedy Djamaluddin Malik, mengatakan keputusan ini berdasarkan hasil evaluasi Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti).

Dalam evaluasi, Tim menemukan beberapa hal yang tidak sesuai, seperti nilai akademik dan syarat SKS yang berbeda antara data kampus dan Pangkalan Data Dikti.

Baca juga :  Pantau Penyintas Covid-19, ITB STIKOM Bali Targetkan Speed.Id dan QRCode Terpasang di 100 Lokasi

Meskipun ijazah ditarik, Stikom Bandung memastikan alumni yang diambil ijazahnya kembali tidak harus mengulang kuliah dari awal. Perbaikan hanya mencakup kekurangan SKS, nilai, atau administrasi yang tidak sesuai.

Adapun sejak pendirianya Stikom Bali pada awalnya bernama Stimik Stikom Bali. Kemudian pada tahun 2017, Stimik Stikom Bali mengalami kenaikan kelas dari Sekolah Tinggi menjadi Institut Teknologi dan Bisnis Stikom Bali.

Baca juga :  Rebranding, SMK TI Bali Global Luncurkan Logo Baru

Dalam perkembangannya, ITB Stikom Bali telah berupaya untuk mengikuti perkembangan teknologi yang pesat, dengan menyediakan fasilitas modern dan pengajaran berbasis teknologi terkini.

ITB Stikom Bali juga berperan aktif dalam berbagai kegiatan akademik dan pengabdian masyarakat, dengan berbagai program pengembangan yang mendukung kemajuan teknologi dan pemberdayaan masyarakat Bali dalam era digital.

Editor: Agus Pebriana