Demi Pemerataan Bantuan, Kelian Adat Sakah Galang Sembako untuk Krama Tamiu
DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Responsibilitas atau rasa tanggung jawab dan kepekaan sosial Kelian Banjar Adat Sakah, Kepaon, AA. Gede Agung Aryawan ST., patut diapresiasi. Melihat tidak semua warga terdampak Covid-19 di lingkungannya mendapat bantuan sembako dari Lembaga Perkreditan Desa Adat (LPD), ia berinisiatif menggalang bantuan dari para dermawan.
Gung De, panggilan akrabnya, menggalang solidaritas sosial bantuan pangan yang tujuannya tidak lain, agar masyarakat yang bukan warga adat (krama tamiu) yang tak mendapat bantuan dari LPD, terutama yang ekonominya paling terdampak, juga turut mendapatkan bantuan pangan.
Inisiatif ini menurutnya sangat perlu dilakukan mengingat kondisi ekonomi masyarakat hari ini yang semakin sulit. Di satu sisi bantuan sosial dari pemerintah belum terealisasi, sedangkan bantuan dari LPD yang berhak hanya krama adat, karena dana dan aset yang dikelola LPD adalah milik krama adat.
“Masyarakat banyak yang menganggur karena lapangan kerjanya hilang akibat wabah Covid-19 ini, pemerintah meminta mereka tetap tinggal di rumah, tapi di satu sisi bantuan pangan belum diberikan, ini membuat masyarakat kecil kehidupannya semakin menjerit (menderita, red),” ungkapnya di sela-sela pembagian sembako, Sabtu (9/5).
Bali, sambungnya, beruntung memiliki kesatuan Desa Adat. Melalui LPD dan aset yang dikelola, Desa Adat dapat lebih dulu hadir untuk memberi bantuan kepada krama adat-nya masing-masing. Tapi kasihan, ujarnya, bantuan LPD yang merupakan milik adat, hanya untuk krama adat saja, maka menurutnya perlu dicarikan donatur sehingga ada bantuan merata untuk warga terdampak.
Kondisi ini, menurutnya jika tidak diperhatikan dan dibiarkan berlarut akan menimbulkan masalah sosial. “Jika pemerintah tidak segera bergerak, kondisi ini akan menimbulkan masalah baru, seperti pencurian, perampokan, dan kriminalitas lainnya. Karena banyak masyarakat yang hilang mata pencahariannya, sementara mereka dan keluarganya butuh makan,” paparnya.
Edi Siswanto, salah satu penduduk sekaligus koordinator masyarakat non warga adat atau krama tamiu yang tinggal di lingkungan Gang Pondok Indah, Banjar Sakah mengaku telah dua bulan lebih ini warga di lingkungannya, yang sebanyak 36 kepala keluarga (KK) yang sebagian besar sebelumnya bekerja di transportasi pariwisata kini banyak menganggur.
Sebagian lagi, pekerjaannya sebagai penjahit, yang kini juga sangat sepi permintaan, karena produksi yang mereka hasilkan selama ini sangat bergantung dengan pasar pariwisata. Bahkan mereka harus saling berbagi, jika salah satu mendapat pesanan jahitan, hanya agar dapat sama-sama menyambung hidup.
Kondisi mereka semakin getir, lantaran bantuan sosial dari pemerintah yang diharapkan tak kunjung datang. “Sulit sekali, mas. Warga kami banyak yang menganggur sekarang, karena pariwisata tutup. Mereka yang bekerja jadi penjahit juga sepi, gak ada orderan karena selama ini produksinya dijual ke wisatawan,” paparnya.
Edi mengaku sangat berterima kasih kepada para dermawan khususnya Komunitas Bikers Soleh dan Kelian Banjar Adat Sakah, yang telah memberikan bantuan sembako tersebut. Dengan adanya bantuan sembako ini setidaknya, katanya, dapat untuk memenuhi kebutuhan makan selama satu mingguan.
“Tentunya terima kasih banyak, terutama kepada Pak Kelian (Gung De, Kelian Banjar Adat Sakah, red) yang telah memperhatikan dan peduli dengan kondisi kami. Karena ada upaya dari Pak Kelian, kami bisa dapat bantuan ini ,” ungkapnya.
Untuk rencana bantuan dari pemerintah, ia mengatakan telah ada upaya proaktif yang dilakukan dari pihak Kepala Desa setempat. Ia juga mengatakan telah ada pendataan yang dilakukan dari pihak Kelian Dinas. “Sudah ada (pendataan, red). Sekitar seminggu lalu kami diminta mengumpulkan KK (kartu keluarga, red),” terangnya.
Ia pun berharap bantuan dari pemerintah tersebut dapat segera direalisasikan. “Harapannya ya agar dapat segera terealisasi lah, Mas,” ujarnya.
Selain untuk masyarakat krama tamiu, bantuan sembako tersebut juga diberikan untuk Pecalang Banjar Sakah yang selama ini, seperti Pecalang-Pecalang di Banjar Adat lainnya telah menjadi garda depan dalam penanggulangan penyebaran Covid-19 do Bali. Mereka ngayah (tanpa digaji) membantu pemerintah mengatasi pandemi ini.
Dibantu oleh tim relawan Covid-19 Kampung Islam Kepaon, Pemogan, selain di Banjar sakah, pembagian bantuan sembako tersebut juga dilakukan di beberapa titik kantong masyarakat muslim Pemogan, yakni di Kampung Islam Kepaon dan Taman Pancing, yang notabene mereka adalah warga Pemogan yang tidak mendapatkan bantuan dari LPD karena bukan krama desa adat. (Nai)
Tinggalkan Balasan