Virus Corona Semakin Merebak, Pemprov Tunda “Bali Kintamani Festival”
DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Pemerintah Provinsi Bali terpaksa harus menunda pelaksanaan festival akulturasi budaya Bali-Tiongkok, “Bali Kintamani Festival” yang rencananya akan digelar pada 8 Februari 2020 mendatang. Penundaan ini sendiri dilakukan mengingat semakin merebaknya penyebaran virus penyakit Corona yang bersumber dari Kota Wuhan, China.
Melalui Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) Pemprov Bali mengeluarkan surat edaran Nomor 556/ 488/III/Dispar tentang Himbauan Kejadian Penyakit Corona. Dalam edaran tersebut juga disampaikan bahwa penundaan ini dilakukan sebagai bentuk empati Bali terhadap kondisi yang terjadi di China dan ini juga merupakan bagian dari langkah antisipatif masuknya virus tersebut ke Bali.
Selain penundaan penyelenggaraan festival tersebut, seperti diketahui sebelumnya, Pemprov Bali juga telah bergerak cepat mengambil langkah-langkah antisipatif lainnya, yakni seperti pembatasan penerbangan dari dan menuju Tiongkok, dan pemasangan alat pendeteksi suhu tubuh di Bandara Ngurah Rai.
“Penundaan ini dalam batas waktu yang tidak ditentukan, tapi kita usahakan tahun ini bisa jalan, sambil menunggu situasi di sana kondusif,” jelas Kepala Dinas Pariwisata Putu Astawa kepada awak media setelah rapat dengan asosiasi pariwisata di Gedung Bali Tourism Board (BTB), Denpasar, Senin (27/1).
Mengenai virus ini, Astawa mengaku tentunya akan berdampak bagi perekonomian Bali yang bergantung pada sektor pariwisata. “Penurunan jumlah kunjungan wisatawan tentu akan terjadi menyusul kebijakan pemerintah Tiongkok. Akan tetapi, ini saatnya kita untuk introspeksi diri juga,” jelasnya kepada awak media.
Introspeksi yang dimaksud adalah secara skala dan niskala. “Secara skala mungkin saatnya kita mulai berbenah terutama isu-isu terkait pariwisata, seperti masalah lingkungan, sampah, kemacetan dan air bersih di Bali. Saatnya kita membenahi hal tersebut,” imbuhnya.
Dia menambahkan, sudah saatnya Bali melakukan pembenahan juga di segala bidang demi menunjang pariwisata, sehingga Bali siap bersaing ke depannya. Selain itu, ia juga mengaku perlu mengcounter berita-berita miring yang bisa merugikan citra pariwisata Bali. “Seperti berita tentang sampah, perlu kita counter itu, mengingat wisatawan terutama dari Eropa sangat konsen dengan masalah tersebut,” jelasnya.
Secara niskala Astawa mengajak masyarakat Bali untuk terus berdoa agar wabah penyakit ini bisa segera teratasi dan tidak makin parah. “Untuk itu kita juga perlu menjaga kesehatan sehingga bisa terhindar dari penyakit,” tambahnya seraya mengatakan pihaknya juga telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk beberapa upaya pencegahan.
Seraya menunggu keadaan di Tiongkok kondusif, Astawa mengaku sudah saatnya juga membidik wisatawan dari negara-negara lain. “Kita tidak bisa melupakan pasar potensial seperti Eropa, serta Australia juga yang berkontribusi besar terhadap jumlah kunjungan tiap tahunnya,” tandasnya.
Sementara Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI)IB Agung Partha Adnyana, menjelaskan sesuai dengan edaran yang dikeluarkan oleh Wakil Gubernur Bali, selain penundaan Bali Kintamani Festival, juga dilaksanakan beberapa langkah antisipatif.
“Kita minta pihak hotel untuk tidak mengenakan cancelation fee terhadap agen perjalanan para wisatawan Tiongkok, karena bagaimanapun ini adalah force majeure yang memang tidak diinginkan,” bebernya.
Menurutnya, pihak akomodasi wisata bisa memberikan keringanan berupa penundaan kepada para wisatawan yang awalnya akan menginap. “Bagi travel agent wisatawan Tiongkok yang sudah membayar down payment¸dijelaskan dalam edaran bisa menggunakannya untuk kunjungan berikutnya,” imbuhnya.
Ia mengatakan biarkan agar permasalahan ini reda dulu, dan ia mengajak semua pihak untuk menghormati keputusan pemerintah Tiongkok. “Masalah tingkat kunjungan sudah pasti turun, meskipun belum diketahui secara pasti, tapi kunjungan wisatawan asing lainnya masih tetap bagus,” tutupnya. (*/dk/ad)
Tinggalkan Balasan