Konflik Dugaan Penyerobotan Tanah Waris Jero Kepisah Dinilai Berpotensi Meluas
DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR, BALI – Konflik dugaan penyerobotan tanah waris keluarga Jero Kepisah Pedungan Denpasar dinilai berpotensi meluas dan menimbulkan konflik Sara (suku, agama, ras dan golongan) di Bali. Potensi itu diungkapkan Kadek Mariata selaku warga yang geram melihat ulah pihak yang berupaya merebut tanah waris keluarga Jero Kepisah.
Kadek Mariata menyebut ada orang-orang non-Bali yang bermain dalam kasus ini ingin merebut tanah waris keluarga Jero Kepisah. Ia mengatakan mengetahui semua pihak itu dan meminta agar aparat penegak hukum memberi atensi agar tidak menimbulkan konflik yang meluas.
“Semeton Bali coba lihat ini ya. Inilah cara-cara orang lain merebut tanahnya orang Bali. Ini yang saya gak terima di Bali ini. Tolong bagi penegak-penegak hukum segera lihat ini. Tolong segera turun agar tidak terjadi konflik. Ini orang Bali yang sudah tinggal ratusan tahun, dari lima generasi, tanahnya dibeginikan,” ujar Kadek Mariata saat mendatangi lokasi objek tanah di Jalan Batas Dukuh Sari, Gg. Dara, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan, Sabtu (8/3/25).
Kadek Mariata mengatakan mengenal baik dan empati terhadap apa yang dialami keluarga Jero Kepisah. Ia mengatakan memang saat ini tengah bergulir perkara terkait dengan klaim tanah waris keluarga Jero Kepisah ini, namun katanya, perkara tersebut terkait silsilah, bukan hak kepemilikan.
“Kasus ini masih perkara, itupun perkara silsilah bukan hak. Tapi mereka sudah berani menaruh bahan mau membangun begini. Jelas ini sudah melanggar hukum, penegak hukum dimana ini? Bukan (gugatan, red) soal hak kepemilikan, tapi mereka sudah berani seperti ini di Bali ini,” katanya.
“Sebelumnya ada LSM ikut masuk masang plang di sini, entah orang dari mana. Sekarang ada lawyer katanya di sini, kalau memang caranya benar, tunggu putusan pengadilan dulu baru masuk ke tanahnya orang, tunggu eksekusi dulu, bukan orang per orang begini,” tegasnya.
Kadek Mariata mengingatkan agar aparat penegak hukum dan pemerintah terkait dapat memberi perhatian dan melihat fakta data masalah ini secara objektif. Menurutnya banyak terjadi masalah seperti ini sehingga berpotensi memicu konflik yang luas dan mengancam keamanan dan ketertiban di masyarakat.
“Saya mohon penegak hukum diperhatikan yang begini ini. Jangan tunggu orang Bali turun semua, karena masyarakat Bali sudah mulai muak, banyak terjadi yang seperti ini. Ini orang Bali dibeginikan di tanahnya sendiri. Jangan sampai ini orang Bali turun semua. Maaf ya saya tidak rasis, tapi ini orang Bali diperlakukan seperti bukan orang Bali. Di belakang ini saya tahu semua, saya akan ungkap.”
“Ini memancing masyarakat akan terjadi konflik. Ini akan berbau sara di sini. Bisa terjadi rasis di sini nanti. Tolong aparat penegak hukum, jangan dianggap sepele masalah seperti ini,” tandasnya.
Selain Kadek Mariata, masalah ini juga menuai empati dari Ketut Putra Ismaya Jaya atau yang dikenal akrab Jero Ismaya. Jero Ismaya mengaku prihatin dengan apa yang dialami keluarga Jero Kepisah. Ia mengatakan merasa terpanggil membela sesama orang Bali.
“Keluarga Jero Kepisah ini orang lugu tidak punya orang besar. Untung ada Pak Kadek (Kadek Mariata, red) yang mau membela. Saya hadir di sini karena kasihan. Jangan mentang-mentang dia (keluarga Jero Kepisah, red) tidak punya siapa-siapa dilakukan hal seperti ini,” ujarnya saat turut hadir di lokasi bersama Kadek Mariata.
Ismaya menilai upaya pihak yang memaksa masuk dan hendak membangun di lokasi objek sebagai cara-cara yang sengaja memicu keributan. “Jangan pakai cara preman seperti ini, kalau pakai cara preman, mohon maaf saya ini bekas orang yang dulu hidup di dunia preman, kalau mau pakai cara preman kita juga bisa,” tegasnya.
Tinggalkan Balasan