DIKSIMERDEKA.COM, JAKARTA – Indonesia dan Taiwan berupaya untuk terus meningkatan kerja sama di sektor industri dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara. Hal ini salah satunya diwujudkan melalui kegiatan Indonesia – Taiwan Industrial Collaboration Forum (ITICF).

“Kami berharap, Indonesia dan Taiwan dapat tumbuh bersama dalam upaya mengembangkan sektor industri manufaktur, khususnya di sektor yang menggunakan teknologi tinggi (high-tech),” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada pembukaan ITICF ke-4 di Jakarta, Selasa (12/10).

Menperin menjelaskan, kolaborasi antara Indonesia dengan Taiwan pada sektor industri dalam kerangka ITICF telah berlangsung sejak tahun 2017 melalui beberapa sub forum, di antaranyaSub-Forum of ShipbuildingSub-Forum of Internet of Things (IoT), Sub-Forum of Food and Biotechnology, dan Sub-Forum of Metal Processing.

“Kami juga berharap agar ITICF ke-4 ini dapat memperkuat kolaborasi yang telah terbangun serta terus menggali dan mengoptimalkan peluang kerja sama antara kedua belah pihak,” tuturnya.

Penyelenggaraan ITICF ke-4 merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang telah diadakan pada Desember 2019 di Taipei, Taiwan. Forum ini menjadi sarana berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait pengembangan sektor industri kedua negara sejak empat tahun lalu.

Menperin optimistis, kerja sama kedua negara di sektor industri akan mempercepat pemulihan ekonomi akibat imbas pandemi Covid-19. Selain itu, kolaborasi ini dapat berkontribusi secara nyata dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga :  PMK 140/2020, Dukungan Pemerintah untuk Industri Hulu Migas

“Semoga ITICF ke-4 ini dapat menjadi role model dan platform untuk aksi konkret yang dapat ditindaklanjuti oleh para pelaku industri, sehingga memberikan manfaat luas bagi kedua pihak,” ungkap Agus.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Eko S.A. Cahyanto menyampaikan, pelaksanaan ITICFke-4 berfokus kepada upaya penguatan dan percepatan kolaborasi antara sektor industri Indonesia dan Taiwan, serta untuk menjadikan Indonesia sebagai production base bagi industri kedua pihak.

“Pada ITICF ke-4 ini, dilaksanakan pula duapenandatanganan MoU sebagai upaya yang konkretuntuk mendorong kolaborasi yang lebih kuatdalam pengembangan industri,” ujar Eko. Pertama,  MoU on Explore Opportunity in use of Seaweeds or Their Processing-by-products in Food or Agricultural Sectors. Penandatanganan dilakukan oleh PT Hakiki Donarta (Indonesia), Kings Ground BioTechCo. Ltd (Taiwan) dan Food Industry Research and Development Institute (FIRDI) Taiwan.

Kedua, MoU on Industry-Academia Cooperation Project and On-The-Job Training CoursesPenandatanganan dilakukan oleh Kampuh Welding dan National Kaohsiung University of Science and Technology (NKUST).“Besar harapan kami, kerja sama yang ditandatangani tersebut akan segera diikuti oleh aksi nyata oleh para pelaksananya. Sehingga dapat memberikan manfaat dan nilai tambah bagi para pihak pada khususnya dan sektor industri pada umumnya,” jelas Eko.

Lebih lanjut, dalampertemuan ini para pelaku usaha, asosiasi, kalangan akademisi baik dari Indonesia maupun Taiwan yang merepresentasikan berbagai sektor industri akan saling berdiskusi melalui sub forum. Masing-masing sub forum akan membahas berbagai topik dan isu yang relevan dengan kondisi terkini serta bersama-sama mencari solusi untuk ke depannya. “Kami juga berharap kolaborasi yang dilakukan kedua belah pihak dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan,” imbuhnya.

Baca juga :  Tiga Sektor Primadona Catatkan Ekspor Manufaktur Gemilang

Mampu bertahan

Pada kesempatan yang sama, Menperin Agus mengemukakan, sektor industri manufaktur di Indonesia menunjukkan kemampuan bertahan di tengah disrupsi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Hal ini misalnya tercemin dari laporan IHS Markit, yang menunjukkan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada September 2021 tercatat sebesar 52,2 naik dibanding bulan sebelumnya yang berada di level 43,7. PMI di atas 50 menandakan sektor industri sedang dalam tahap ekspansi.

“Sebelum pandemi Covid-19, Indonesia berhasil menjaga pertumbuhan ekonominya secara konsisten rata-rata 5 persen sejak tahun 2013,” ungkapnya. Menperin optimistis, sektor industri dapat tumbuh positif sepanjang tahun ini di angka kisaran 4,5-5% apabila tidak terjadi lagi gelombang besar kasus positif Covid-19 di tanah air.

Indonesia telah memiliki peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai upaya untuk memacu perekonomian nasional, dengan target masuk sebagai 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030. Potensi ini salah satunya didukung melalui bonus demografi. “Adanya bonus demografi ini dapat menjadi katalis dalam upaya meningkatkan produktivitas ekonomi Indonesia,” sebutnya.

Menperin menyampaikan, dalam rangka pengembangan sektor manufaktur di era industri 4.0 sesuai arah Making Indonesia 4.0, pemerintah telah menetapkan lima sektor prioritas, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian,otomotif,elektronik,dankimia.

Baca juga :  Industri Produk Sawit Nasional Berdaya Saing di Pasar Eropa

“Di masa pandemi Covid-19, Kemenperin menambah dua sektor potensial yang juga diprioritaskan pengembanggannya sebagai peluang ekonomi ke depan, yakni industri farmasi dan alat kesehatan. Sehingga saat ini ada tujuh sektor industri yang menjadi prioritas pada roadmap Making Indonesia 4.0,” paparnya.

Sektor-sektor industri tersebut berperan penting terhadap perekonomian Indonesia, di antaranya berkontribusi terhadap 70 persen dari GDP manufaktur Indonesia, 65 persen ekspor manufaktur Indonesia, dan 60 persen tenaga kerja manufaktur Indonesia. “Dengan latar belakang tersebut, serta arah dan tujuan implementasi Making Indonesia 4.0 pada ketujuh sektor industri, kami percaya target untuk mewujudkan visi Indonesia Emas pada tahun 2045 dapat juga terwujud,” tandasnya.

Dirjen KPAII pun optimistis, perkembangan industri Indonesia akan semakin progresif. Oleh karena itu,perlu terus berupaya untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan peluang kerja sama yang ada. “Pandemi Covid-19 yang berlangsung menyadarkan kita bahwa industri perlu memperkuat kultur adaptif terhadap perubahan, serta inovatif dalam menghadapi tantangan,” terangnya.

Upaya yang dilakukan salah satunya melalui ITICF, yang diharapkan dapat memberikan masukan berharga bagi kedua pihak baik dalam bentuk solusi maupun langkah nyata yang dapat diimplementasikan dalam waktu relatif singkat. “Dengan demikian kita dapat saling melengkapi dan berkolaborasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta pengembangan industri yang inklusif, antara Indonesia dengan Taiwan,” pungkas Dirjen KPAII. (*/sin)