DIKSIMERDEKA.COM, BADUNG, BALI – Kondisi pelaku usaha di bidang pariwisata, khususnya akomodasi (hotel dan villa) di Indonesia, Bali khususnya, kian dilematis. Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang mewabah sejak Desember 2019 lalu membuat nasib keberlangsungan usaha mereka kian getir. Bahkan tak sedikit dari mereka yang kini ketar-ketir. Khawatir tidak dapat bertahan jika denyut industri ini tidak kunjung normal kembali.

Bagaimana tidak, Covid-19 benar-benar menghabisi pelaku industri pariwisata, khususnya usaha hotel yang sangat bergantung pada kunjungan wisatawan ke Bali. Dan, hingga saat ini, meski tidak beroperasi, hotel tetap menanggung beban pengeluaran yang cukup tinggi, mencapai kisaran 45% dari kondisi normal.

Hal ini diungkapkan oleh Ramia Adnyana, general manager (GM) H-Sovereign (Hotel Sovereign), Tuban, Badung, Bali saat menyerahkan paket berisi sejumlah bahan pangan kepada rekan-rekan pewarta, di lobby Sovereign Hotel Tuban, Badung, pada Senin (26/5).

“Meski tidak beroperasi akibat wabah Covid-19, pengeluaran hotel masih cukup tinggi yakni sekitar 45 persen dari kondisi normal. Pengeluaran sebesar itu untuk listrik, air dan maintenance (perawatan) lainnya termasuk salary karyawan yang dirumahkan,” ujar Ramia Adnyana.

Penyerahan paket bahan pangan dari sejumlah hotelier Bali untuk rekan awak media. (Foto: istimewa)

Jika kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu lama, ujarnya lebih lanjut, maka hotel tidak akan kuat lagi membiayai operasional tersebut, dan menurutnya kondisi ini sudah berat sejak tiga bulan lalu dimana hotel sudah tak lagi beroperasi.

Baca juga :  IHGMA Bali Peringati Proklamasi Kemerdekaan RI dalam Merah Putih

“Hotel kini sudah megap-megap. Kekuatan kami di jajaran hotel hanya sampai Juni (2020). Kalau tak bisa beroperasi awal Juli, kami sudah tak mampu lagi bertahan,” ujar GM Sovereign Hotel, yang juga Wakil Ketua IHGMA ini (Indonesian Hotel General Manager Association) didampingi K. Swabawa dan sejumlah pengurus IHGMA lainnya.

Terkait kondisi ini, ia mengatakan, para pelaku di industri pariwisata yang tergabung di IHGMA berharap ada kebijakan (pelonggaran) agar hotel bisa beroperasi meski secara bertahap dan terbatas. Dan, Ramia juga mengungkap bahwa dunia pariwisata (khususnya hotel) berharap ada dukungan dari pemerintah berupa bailout (dana talangan), mengingat dana hotel sudah hampir habis.

“Apalagi kalau ini berlanjut sampai Oktober sebagaimana yang disampaikan dari Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Bila kondisi seperti ini dibiarkan sampai Oktober (2020) dan tak ada talangan dari pemerintah, giliran hotel yang akan mati (bangkrut, red),” tegas Ramia.

Karena itu, ia berharap pemerintah dapat segera membuat kebijakan agar hotel bisa bergerak secepatnya sesuai rencana new normal. Bali menurutnya sudah siap dengan kebijakan new normal tersebut.

Baca juga :  Annual Gathering 4th: Optimalisasi Peran IHGMA dalam Membangun Pariwisata Bali

“Kita tidak masalah menjalankan new normal. Tinggal penambahan standar Covid-19 sesuai ketentuan WHO (World Health Organization/ organisasi kesehatan dunia). Hotel sudah siap sekarang dan menunggu timeline-nya saja (garis waktu/ penjadwalan) yang sampai sekarang belum ada,” tambahnya.

Ramia juga mengungkap bahwa potensi turis domestik sangat besar. Meski penularan lokal cukup tinggi. Namun dengan standar yang diberlakukan, ia yakin hal itu bisa diantisipasi. Demikian pula untuk turis mancanegara yang sangat menginginkan berwisata ke Bali. Ramia mencontohkan ada 300-an wisatawan Ukraina yang tetap bertahan di Bali.

New Normal ini kan bagi dunia pariwisata adalah pariwisata dengan kualitas yang baru. Yakni pariwisata dengan disiplin pada standar keamanan dan kesehatan yang ketat. Potensi wisatawan domestik maupun antusiasme wisatawan mancanegara masih cukup tinggi. Bahkan kemarin ada 300-an wisatawan Ukraina yang bertahan di Bali, namun, karena bekalnya habis, mereka terpaksa kembali (pulang, red) dengan pesawat carter,” tandasnya.

Sementara itu, K. Swabawa, CHA., selaku Koordinator penyerahan paket sejumlah bahan pangan kepada rekan media tersebut mengatakan bahwa, bantuan tersebut sebagai salah satu bentuk solidaritas atas kerjasama saling mendukung selama ini antara industri perhotelan dan pariwisata dengan media massa.

Baca juga :  Peringatan Anniversary 4th IHGMA: Solidaritas untuk Kemanusian di Tengah Pandemi Corona
K. Swabawa (Foto: istimewa)

“Kita semua sadar bahwa semua pihak dalam kondisi sangat susah saat ini. Rekan media yang tetap aktif dan harus kerja dalam memberitakan informasi dan perkembangan terkini terkait wabah virus corona ini perlu kita support agar tetap semangat dalam menjalankan tugasnya, khususnya menghadirkan berita-berita yang dapat mendatangkan kebaikan bagi kita semua,” Ucapnya.

“Kami sangat mengapresiasi atas sumbangan rekan-rekan hotelier (pelaku profesi usaha hotel, red) yang diberikan secara pribadi ini, bukan atas nama lembaga atau perusahaannya guna merawat sinergi dan kerjasama yang telah kita bina sejak awal agar dapat menguatkan persaudaraan, soliditas serta kolaboratif dalam rangka memajukan industri pariwisata kita,“ tandasnya.

Adapun batuan ini bersumber dari partisipasi sukarela sejumlah hotelier khususnya general manager hotel dan villa yang ada di Bali. Diantaranya turut hadir dalam kesempatan tersebut yakni Nyoman Astama, Yati Artini, Eka Pertama, Darma Suyasa , Made Subrata, Yoga Iswara, Gede Ricky Sukarta, Pande Sutawan, Ketut Darmayasa, Wayan Muka, Siswo, Dewi Andriani, Ketut Kanten dan Agus Suananda. (*/nai)