DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR-BALI – Kedamaian merupakan basis dari kehidupan kita. Hanya dalam kedamaian dan keharmonisan segala sesuatunya memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena harmoni dan damai adalah basis dari kehidupan kita, maka dengan demikian harmoni dan damai harus diupayakan dan dipelihara dengan berbagai upaya yang mungkin dapat dilakukan.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Steering Committee (SC) Gema Perdamaian Ida Rsi Acharya Agni Budha Wisesanantha dalam gelaran jumpa pers di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, Sabtu (21/9) sore.

Komunitas Gema Perdamaian (GP) sendiri merupakan sebuah gerakan yang menyuarakan betapa pentingnya untuk kita semua saling menjaga kehidupan yang damai lahir dan batin, sebagai masyarakat sebangsa dan setanah air, sebagai bangsa umat manusia di dunia, dan sebagai individu makhluk hidup.

Gerakan ini lahir sebagai respon dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di Bali 17 tahun silam. Tepatnya pada 12 Oktober 2002, dimana serangkaian bom diledakkan oleh manusia yang tidak berperi dengan mengatasnamakan agama di Jalan Legian, Kuta-Bali. Paddy’s Pub dan Sari Club seketika runtuh dan luluh lantak, dan ratusan mayat bergelimpangan, dan ratusan orang luka-luka.

Tragedi tersebut menghentak kesadaran kita bahwa betapa pentingnya untuk menyuarakan kehidupan yang damai, menghargai dan menerima perbedaan satu sama lain. Tuhan menciptakan kita semua berbeda-beda, namun dalam perbedaan itu kita mesti hidup damai dengan belajar mengenal dan menerima perbedaan kita satu sama lain.

“Yang namanya damai itu adalah pengenalan, pengaturan dan keteraturan spirit. Gema Perdamaian ini sudah 16 tahun berjalan, pasca tragedi Bom Bali, yang menghentak rasa kemanusiaan, setiap tahun terus kita selenggarakan, dan tahun ini yang ke 17,” tandas Ida Rsi Acharya Agni Budha Wisesanantha.

Pelaksanaan Gema Perdamaian 2019 ini sudah dilaksanakan sejak Bulan Juni. Kegiatan ini diisi dengan berbagai kegiatan. Dan pada Sabtu (21/9) sore diselenggarakan kegiatan do’a bersama yang diikuti oleh ratusan tokoh dan masyarakat dari lintas agama. Komunitas GP ini melakukan doa secara khusyuk agar seluruh insan di atas bumi ini dianugerahkan perdamaian dan dapat terekspresi di dalam kehidupannya masing-masing.

Do’a bersama yang diikuti oleh ratusan tokoh dari kalangan pasraman, kalangan seni, budaya dan lintas agama, yang dilangsungkan di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, ini juga diselenggarakan dengan mengambil momentum tanggal 21 September yang ditetapkan oleh PBB sebagai World Peace Day.

Do’a bersama Gema Perdamaian ke 17 tahun 2019

Menurut Ida Rsi Wisesanatha, selain kegiatan doa bersama, juga diselenggarakan sarasehan yang pada dasarnya adalah merupakan wahana edukasi bagi siapa pun yang hadir. Dengan demikian perspektif damai dan tujuan damai dapat dimaknai dengan lebih holistik dan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari- hari.

Dia menambahkan, kegiatan GP yang dilaksanakan oleh panitia GP dimulai dari bulan Juni 2019 yang lalu dengan berbagai kegiatan yang pada dasarnya mempromosikan nilai-nilai damai. Adapun penyampaian nilai damai dilakukan lewat edukasi, lomba-lomba kreatif, ceramah-ceramah perdamaian dan akan ditutup dengan kegiatan puncak pada tanggal 5 Oktober 2019.

Kegiatan GP tahun 2019 ini adalah GP yang ke-17 sebenarnya 10 tahun lebih dahulu dibandingkan keputusan PBB membuat hari perdamaian dunia pada tanggal 21 September tahun 2013. Acara puncak seperti biasa akan dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai kalangan yang berisikan berbagai hiburan kultural, doa lintas agama yang dipimpin oleh FKUB, sarasehan antar tokoh dan hiburan dari elemen komunitas.

Selain itu, Ida Rsi menekankan bahwa perjuangan ini adalah perjuangan bersama. Gerakan ini adalah edukasi terhadap perspektif-perspektif penyebab ketidak-damaian. Semua harus berupaya nyata menciptakan damai, karena sangat diperlukan terus menerus bagi seluruh lapisan generasi. Apalagi di Indonesia seperti yang kita lihat sendiri memiliki kerentanan yang sangat tinggi.

Ida Rsi menyampaikan, bahwa Komunitas GP berkeyakinan bahwa jika Indonesia memiliki tingkat kedamaian yang tinggi maka Bangsa Indonesia akan sejahtera. “Bangsa ini diciptakan memiliki negara yang kaya raya dengan segala sumber daya alamnya sehingga sesuai dengan moto kami ‘Damailah Bangsaku Jayalah Negeriku’. Marilah kita semua ‘ketog semprong’ mengupayakan perdamaian di Bumi Pertiwi ini,” katanya.

Sementara itu, Ketua Panitia Gema Perdamaian Kadek Adnyana menambahkan, pada momen GP ke-17 ini, diharapkan agar ada upaya yang lebih baik lagi sehingga perdamaian benar-benar nyata di kehidupan masyarakat.

“Syukurlah, kegiatan yang diawali di Bali ini, sudah memantik perhatian dari daerah dan negara lain. Pertengahan Oktober nanti, ada permintaan di Lombok untuk mengadakan doa bersama sebagai langkah mengupayakan perdamaian,” kata Adnyana.

“Selanjutnya ada permintaan pula di Kalimantan, dan sejumlah wilayah lain. Syukur, apa yang kami lakukan menuai respon positif karena memang kegiatan ini adalah mengusung ketulusan dan kemurnian,” imbuhnya.

Selain, saracehan dan do’a bersama, Adnyana mengatakan kegiatan gema perdamaian ini juga diisi dengan kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk menggaet perhatian generasi muda. Seperti kegiatan pemilihan Putra dan Putri Ambassador Gema Perdamaian, lomba penulisan cerita, lomba desain, dan lain-lainya, yang pemenangnya akan diumumkan pada puncak perayaan acara, pada 5 Oktober 2019 nanti. (adhy)