Ketut Suteja Kumara: KB Bali 4 Anak Masih Relevan Saat Ini
DIKSIMERDEKA.COM, DENPASAR-BALI, Rencana Gubernur Bali untuk mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) Bali dengan 4 anak mendapat dukungan dari Anggota DPRD Kota Denpasar, I Ketut Suteja Kumara, ST. Program KB ini menurutnya masih sangat relevan dengan kondisi masyarakat Bali, disamping juga karena 4 anak dengan penamaan Wayan, Made, Ketut dan Nyoman merupakan warisan tradisi budaya leluhur yang luar biasa.
Bahkan menurutnya, apabila masyarakat Bali tetap merujuk pada program KB yang hanya 2 anak, maka akan dapat terjadi degradasi, karena menghilangnya nama Nyoman dan Ketut. Hal tersebut diungkapkan saat ditemui di sela-sela penutupan acara Kongres PDIP V di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur (10/8).
“Menurut tiyang KB (KB Bali dengan 4 anak, red) ini masih sangat relevan dengan masyarakat dan budayanya Bali. Yang mana kita memiliki tradisi penamaan sampai empat anak, Putu, Made, Nyoman, dan Ketut,” ujar Anggota DPRD Kota Denpasar yang kembali terpilih ini.
“Apabila KB-nya hanya 2 anak maka akan terjadi degradasi. Kita kehilangan nanti, gak ada lagi Nyoman dan Ketut. Kalau ditilik dari budaya yang kita miliki, tradisi nama ini merupakan budaya yang sangat luar biasa yang dimiliki masyarakat kita,” imbuhnya.
Terkait kekhawatiran terhadap kemampuan memenuhi dan mensejahterakan 4 anak, ia menilai selama masyarakat Bali tetap memiliki etos kerja yang tinggi, maka tidak akan ada istilah kelaparan.
“Kalau kita berkaca kepada para penglinsir dan leluhur kita yang bahkan memiliki lebih dari 4 anak, mereka masih bisa menghidupi dan mensejahterakan anaknya,” ujarnya.
“Jadi masalah mampu atau tidak itu menurut saya relatif sifatnya, bahkan ada yang hanya punya dua anak juga bisa kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya kalau dia tidak mau bekerja,” imbuhnya lagi.
Sementara itu, terkait tingginya tingkat urbanisasi dan transmigrasi yang masuk ke Bali, ia menilai hal ini adalah sesuatu yang alamiah mengingat Bali menjadi daerah pariwisata salah satu yang terbaik di dunia. Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat Bali dapat menahan diri tidak sembarangan menjual tanahnya.
“Kalau mengenai masyarakat urban yang masuk ke Bali, ini sebetulnya sudah alamiah yang penting sekarang sejauh mana masyarakat Bali mampu memproteksi diri, dan untuk tidak menjual tanahnya,” ucapnya.
“Selama masyarakat Bali menjual tanahnya, pasti orang luar akan masuk ke Bali dan menguasai tanah Bali,” tandasnya. (adhy)
Tinggalkan Balasan