DIKSIMERDEKA.COM, JAKARTA – Kemungkinan bergabungnya Partai Gerindra ke koalisi partai pendukung pemerintahan dinilai akan dapat merusak tradisi politik yang ada selama ini. Selain itu, apabila hal tersebut benar terjadi, Gerindra juga diprediksi akan kehilangan pendukungnya, karena keputusan tersebut akan membuat mereka kecewa dan tidak respek lagi.

Di sisi lain, ada dorongan agar Partai NasDem menjadi oposisi setelah hubungan ketua umumnya, Surya Paloh yang hubungannya dinilai sedang tidak baik dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang mana Mega adalah “pemegang saham terbesar” di pemerintahan Presiden Jokowi.

Dalam politik sebenarnya ada rasionalitas dan tergantung pada kesepakatan, namun, apabila hal tersebut terjadi, Gerindra gabung ke pemerintah dan NasDem jadi oposisi, akan merusak tradisi politik. Demikian diungkapkan Pangi Syarwi Chaniago, dari Voxpol Center Research and Consulting.

“Kalau begini jelas nanti sangat mudah untuk bertukar posisi dan secara etika jelas masalah, pemilih Gerindra juga bisa nggak respek,” ujar Pangi, dikutip dari Abadikini.com, Senin 7 Oktober 2019.

Menurut Pangi, sistem Presidensial yang ada di Amerika patut ditiru, dimana partai yang kalah dalam pemilihan tetap mengambil posisi sebagai oposisi. “Sistem presidensial seperti Amerika Serikat bagus, yang kalah mengambil posisi oposisi dan yang menang langsung menjadi partai penguasa alias the ruling party,” sebut Pangi.

Sebelumnya sempat beredar kabar bahwa Partai Gerindra ‘Mengalah’ dalam pertarungan pemilihan ketua MPR. Sebagai kompensasinya, Partai Gerindra dikabarkan akan dapat jatah Menteri di Kabinet pemerintahan Presiden Jokowi periode ke-2.

Tak tanggung-tanggung, kabarnya Gerindra akan mendapatkan jatah 3 kursi Menteri. Pangi menilai, apabila hal itu benar terjadi, akan menjadi sesuatu yang anomali.

“Bagaimana mungkin Gerindra yang tidak berdarah-darah dalam memenangkan Jokowi, tiba-tiba dapat kursi menteri lumayan banyak. Sementara partai pengusung utama, misalnya hanya dapat dua kursi menteri. “Ini jelas tidak lucu,” imbuh Pangi.

Namun demikian, dirinya yakin meski hubungan Mega-Paloh tidak baik, Nasdem akan tetap di pemerintahan, tidak mungkin jadi oposisi. “NasDem jelas akan tetap dalam kekuasaan, bagaimana ceritanya oposisi, menikmati kue kekuasaan saja belum,” ucap Pangi.

Diujung pernyataanya, Pangi mengajak dan mengingatkan agar tetap menjunjung tradisi dan etika politik bersama dan menghargai perasaan partai pengusung yang sudah berkeringat dan berdarah-darah memenangkan Jokowi. “Jangan sampai karena kekuasaan semuanya dihalalkan, tahu diri dan menjaga nuansa kebatinan teman-teman dengan partai lain jauh lebih penting,” tutupnya. (*/dk)