Tiga Kali Raih Penghargaan LH, Bali Pelajari Cara Surabaya Kelola Sampahnya
DIKSIMERDEKA.COM, SURABAYA-JATIM – Bali hingga saat ini masih memiliki masalah dengan penanganan sampah. Bali memerlukan konsep dan metode penanganan sampah yang lebih efektif, dan efisien, karena Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung yang luasnya 32.4 Ha tidak akan mungkin selamanya dapat menampung seluruh sampah yang ada di Bali, yang kian hari kian meningkat.
Guna melakukan pendalaman terkait konsep tersebut, Pemerintah Provinsi Bali, melalui Asisten III Bidang Administrasi Umum, bersama Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali meninjau pengelolaan sampah yang ada di Kota Surabaya, yang dilakukan, tanggal 17-19 September 2019.
Pemilihan Kota Surabaya sendiri, karena sebagaimana diketahui, Surabaya merupakan kota di Indonesia dengan pengelolaan sampah terbaik saat ini. Bahkan Kota Surabaya pada tahun 2019 ini mendapatkan 3 penghargaan lingkungan hidup, yakni Adipura Kencana, Kinerja Pengurangan Sampah, dan Nirwasita Tantra (Green Leadership Award).
“Di sini (Surabaya, red) saya nilai sudah berhasil, khususnya dari perubahan mindset dalam pengelolaan sampah. Surabaya saat ini sudah berhasil mengelola sekitar 1000-an ton sampah per hari menjadi listrik,” papar Wayan Suarjana, Asisten III Pemprov Bali, saat mengunjungi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Selasa (17/9).
“Ini merupakan pengalaman dan pengetahuan yang baik, yang harus terimplementasikan di Bali. Sebagaimana dengan salah satu visi-misi Gubernur Bali untuk bagaimana menjaga keseimbangan alam Bali yang bersih skala dan niskala (Lahir dan batin, red),” imbuhnya.
Pengelolaan sampah di TPA Benowo sendiri merupakan kerjasama yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya dengan pihak perusahaan swasta lokal, yakni PT Sumber Organik. Dalam kunjungan tersebut, dari pemaparan Penanggung Jawab Operasional PT Sumber Organik (SO), Muhamad Ali Azhar diketahui, sampah-sampah yang masuk ke TPA Benowo saat ini dapat dikelola menjadi listrik sebesar 2 MW per harinya.
“Jumlah sampah yang masuk per harinya sekitar 1500 sampai 1700 ton. Dari pengelolaan sampah-sampah tersebut kita dapatkan gas Metan-nya, lalu gas nya ini lah kita manfaatkan untuk mengoperasikan generator. Saat ini per harinya kita bisa dapatkan 2 MW listrik,” paparnya.
Selain itu, lanjut Ali Azhar, keberhasilan TPA Benowo dalam mengelola sampah merupakan keberhasilan semua pihak. Menurutnya, mengentaskan permasalahan sampah tidak mungkin dapat dilakukan satu pihak saja. Baik pemerintah, eksekutif, legislatif, masyarakat semuanya harus bersatu padu.
“Kita melibatkan semua pihak, karena tidak mungkin bisa kita berjalan sendiri, kita juga melibatkan masyarakat sekitar. Dan memang yang terpenting adalah dukungan dan komitmen dari pemangku kebijakan, eksekutif dan legislatifnya,” ungkapnya.
Selain diolah menjadi energi listrik, juga bisa diolah menjadi pupuk dan gas. Bahkan, sampah juga akan diolah menjadi batako dan batu bata.
Selain mengunjungi TPA Benowo, tim juga mengunjungi salah satu lokasi Pusat Daur Ulang (PDU) yang ada di Jambangan, Surabaya. Di lokasi ini, dilakukan pemilahan sampah-sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Hasil dari pemilihan tersebut didapatkan jenis sampah organik dan anorganik.
Sampah-sampah organik tersebut kemudian diolah menjadi pupuk organik. Sementara sampah-sampah yang anorganik dikelompokan berdasarkan jenisnya lalu dijual untuk didaur ulang. Pengelolaan sampah di PDU ini per harinya sebanyak 5-6 ton. Dan dengan adanya PDU ini dapat mengurangi hingga 50% sampah yang dikirim ke TPA.
“Jadi 2,5 sampai tiga ton kita olah disini menjadi (pupuk-red) organik,” kata Hadi Waskito, Pengawas PDU Jambangan.
Selain itu, di PDU Jambangan ini juga membudidayakan Larva dari Lalat Tentara. Larva ini diolah sebagai pakan ternak. Dan yang menarik, listrik yang digunakan untuk mengoperasikan mesin dan penerangan yang ada di PDU ini dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) mini yang ada di PDU tersebut, yang dapat menghasilkan 4000 watt per harinya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah, Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, Andhini Kusumawardani mengatakan fasilitas PDU seperti ini sudah ada tiga di Surabaya, yakni di Jambangan, Sutorejo dan Tambak Oso Wilangun.
“Yang di Sutorejo bantuan dari Kitakyushu, yang ini bantuan dari KLHK dan di Tambak Oso kami bikin sendiri,” kata Andhini. Karena kesuksesannya, Pemkot Surabaya tahun ini membuat lima lagi yang direncanakan bisa beroperasi tahun 2020.
PDU Jambangan ini, lanjut Andhini, menyerap sebanyak 20 tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Masing mereka diberikan gaji yang layak sesuai dengan UMK Surabaya, yakni 3.8 juta per bulannya.
Adapun anggaran biaya yang diperlukan untuk membuat PDU seperti ini, Andini mengatakan setidaknya dibutuhkan biaya sebesar 2 miliar Rupiah untuk membuat satu PDU seperti di Jambangan ini.
Sebelum mengunjungi PDU Jambangan tersebut, rombongan tim Pemprov Bali juga mengunjungi Command Center (CC) 112 Surabaya. Dari CC Room ini seluruh ruang publik di Kota Surabaya dapat dipantau dengan baik. Dengan banyaknya CCTV dan kanal yang dipantau Command Center bisa mengawasi berbagai permasalahan yang terjadi di Kota Surabaya.
Dari hasil kunjungan tersebut, Asisten III Administrasi Umum Sekda Provinsi, Bali Wayan Suarjana mengatakan banyak belajar dari kunjungan ke Surabaya ini. Salah satunya mengenai komitmen pemerintah yang kuat untuk mengatasi persoalan sampah di Kota Surabaya.
Ia mengatakan keberhasilan kota Surabaya tidak lepas dari perubahan pola pikir dalam mengelola sampah. Menurutnya dengan kunjungan ini Bali memiliki gambaran pengelolaan sampah yang bisa saja diimplementasikan di Bali.
“Kebetulan di Bali dengan visi misinya bapak Gubernur Nangun Sat Kerthi Loka Bali salah satunya adalah bagaimana menjaga keseimbangan alam Bali yang bersih sekala lan niskala salah satunya adalah membersihkan sampah menjadi yang berguna,” kata Suarjana. (gama)
Tinggalkan Balasan