DIKSIMERDEKA.COM, BADUNG-BALI – Satu batang lidi, yang kita tahu, sangat rapuh dan mudah untuk dipatahkan, namun kita juga tahu dan bisa membayangkan, bagaimana kuatnya apabila puluhan, ratusan bahkan ribuan batang lidi tersebut disatukan dan diikat. Lidi-didi tersebut akan sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin untuk dipatahkan, karena menjadi kuat dengan dipersatukan.

Demikianlah makna Filosofi Sapu Lidi yang disampaikan oleh Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster. Untuk itu ia mengajak para kaum perempuan Bali untuk memaknai Filosofi Sapu Lidi tersebut, layaknya batang lidi tak akan memiliki arti ketika tengah tercerai berai, begitu pula perjuangan yang dilakukan oleh kaum perempuan.

Ajakan itu disampaikan ketika Ny Putri Koster berbicara di hadapan ratusan wanita yang tergabung dalam Forum Kemitraan Ormas dalam rangka Peningkatan Kelompok Perempuan Penyandang Difabel dan Kelompok Rentan/Marginal Lainnya, di Bali Dynasty Resort, Kuta-Badung pada Senin (16/9).

Ny Putri Koster yang akrab disapa Bunda Putri ini kembali menegaskan bahwa batang lidi baru memiliki arti ketika disatukan menjadi sapu. Dengan demikian, maka lidi-lidi itu akan berfungsi untuk alat membersihkan. “Sama halnya seperti kita para perempuan, apapun akan bisa kita lakukan jika bersatu,” ujarnya.

Layaknya seperti sapu lidi, lanjut Ny Putri Koster, pihaknya merangkul seluruh perempuan yang tergabung dalam berbagai organisasi untuk menyatukan tekad mendukung pelaksanaan Visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ yang bertujuan menyucikan alam Bali dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik sekala maupun niskala.

Sebagai istri orang nomor satu di Bali, Ny Putri Koster ingin merangkul seluruh organisasi kewanitaan yang ada di Pulau Dewata. “Karena itu saya hadir tidak dengan mengenakan seragam PKK agar tidak ada anggapan kalau PKK itu paling tinggi. Yang saya inginkan, ayo kita bersinergi agar punya daya dorong yang lebih kuat,” ucapnya.

Ny Putri Koster menambahkan, organisasi kewanitaan harus lebih banyak memfokuskan programnya untuk menyentuh kaum perempuan. Karena menurutnya, kaum perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan karakter anak.

“Mari kita bergandengan tangan, lindungi anak-anak pada usia emas agar mereka terhindar dari pengaruh negatif yang belakangan cukup meresahkan seperti pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkotika,” tegasnya.

Pada bagian lain, perempuan yang juga dikenal sebagai penyair ini juga mengingatkan agar organisasi kewanitaan tak dibentuk hanya sekedar mengadakan arisan atau perayaan ulang tahun. “Kita harus ada di tengah-tengah masyarakat. Sebagai wanita, kita turun melayani dengan sentuhan cinta kasih,” tambahnya.

Sementara itu dalam sambutan pembukaan Direktur Organisasi Kemasyarakatan Ditjen Polpum Kemendagri, Lutfi  menegaskan betapa pentingnya peran Ormas dalam sejarah Bangsa Indonesia. Bahwa Ormas lahir sebelum partai-partai ”Kita tentu ingat, bagaimana pada tahun 1908, Ormas seperti Budi Utomo berperan dalam proses kebangkitan Indonesia. Ini dilanjutkan oleh Ormas Kepemudaan yang menggagas Sumpah Pemuda pada tahun 1928,” ujar Lutfi.

Dia mengharapkan, Ormas bisa  memberi kontribusi positif kepada pembangunan agar bisa terus dilaksanakan secara berkelanjutan di Indonesia. Serta terus mengawal dan bersinergi dalam semua aspek khusus buat masyarakat yang terpinggirkan.

Dalam acara yang dihadiri oleh 100 peserta dari kalangan ormas wanita yang ada di Bali tersebut, juga disajikan materi dari beberapa narasumber, di antaranya Direktur Organisasi Kemasyarakatan, Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Bali, Kepala Subdirektorat Kemitraan dan Pemberdayaan Ormas dan Praktisi Ormas. (dk/rls)