DIKSIMERDEKA.COM, BALI – Pasca pemilu 2019, kerukunan bangsa dinilai perlu diperkuat kembali sebagaimana amanat Sila Ketiga Pancasila. Bela Negara sejatinya juga merupakan salah satu implementasi Nilai-Nilai Pancasila untuk memperkuat persatuan dan kesatuan yang diatur dalam UUD 1945.

Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam,  Arief P Moekiyat dalam Forum Koordinasi dan Sinkronisasi Kerukunan Bangsa dengan tema “Merajut Kerukunan Bangsa Pasca Pemilu 2019 Guna Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa” di Denpasar, Bali, Kamis (20/6/219).

“Pasca pemilu 2019 kita merasakan adanya polarisasi masyarakat yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat kembali persatuan kita sebagaimana amanat Sila Ketiga Pancasila,” ujar Arif.

Meski demikian, Arief mengaku bersyukur bahwa ditengah keberagaman bangsa, masyarakat Indonesia semakin dewasa dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Menurutnya, Provinsi Bali merupakan wujud nyata Bhineka Tunggal Ika yang mampu mengelola perbedaan.

“Kita bersyukur Pemilu kemarin berjalan dengan penuh kedamaian dan kegembiraan, meskipun ada insiden kerusuhan ada 21-22 Mei lalu. Namun saya yakin jika masyarakat Indonesia tidak ada yang ingin insiden itu terjadi dan kembali terulang,” kata Arief.

Menurut Arief perbedaan dalam masyarakat Indonesia bukan hal yang baru. Para pendiri bangsa secara sadar memilih semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai satu-satunya kalimat dalam konsensus burung Garuda Pancasila.

“Sebagai bangsa besar tentu kita tidak lepas dari ancaman terutama yang dapat mengganggu kerukunan bangsa kita. Saya mencatat ada setidaknya tiga ancaman menonjol terhadap kerukunan kita dalam Pemilu 2019 yaitu menguatnya intoleransi,  radikalisme, dan politisasi SARA,” kata Arief.

Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti mengatakan bahwa pilihan boleh berbeda saat pemilu, namun pesta demokrasi ini harus dirayakan bersama-sama. Ia mengaku bersyukur jika Bali menjadi Provinsi yang meskipun memiliki banyak keanekaragaman namun masyarakatnya tetap hidup dengan harmonis.

“Yang perlu diingatkan adalah bagaimana kita bersama-sama menjaga Tanah Air ini dan mempunyai rasa cinta bangsa. Saya sangat senang dengan adanya pertemuan seperti ini karena meningkatkan cinta Tanah Air,” kata Wiryastuti.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet mengatakan, kerukunan merupakan warisan Indonesia yang paling berharga. Menurutnya, jika Indonesia tetap bersatu maka Indonesia tidak hanya akan menjadi macan Asia tetapi juga macan dunia.

“Tapi ada juga tantangannya, sudah tentu inilah perjuangan kita semua. FKUB Indonesia mendukung TNI, Polri, pemerintah kita bersama masyarakat ke depan, tantangan untuk selalu tetap rukun ini berat tapi pasti bisa,” kata Ida Penglingsir Agung.

Forum ini dihadiri lebih dari 300 peserta yang terdiri dari unsur Forkompinda, Kodam,  Kepolisian, tokoh adat,  tokoh agama, KNPI dan mahasiswa. (*/Gama/IMO-Indonesia)