DIKSIMERDEKA.COM, NTT – Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bupati Kabupaten Malaka, NTT akan memberi perhatian yang semakin serius terhadap pengolahan Daun Kelor atau yang dikenal juga dengan nama Merunggai, yang saat ini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa/Kel. Kufeu, Kec. Io Kufeu, Kab. Malaka, NTT.

BUMDes yang bernama M’Rian itu kini tengah berproses dalam kesiapannya mengekspor 40 ton tepung kelor ke Jepang pada November 2019. Hal tersebut diungkapkan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat mengunjungi BUMDes M’Rian usai membuka kompetisi Sepak Bola El Tari Memorial Cup di Kabupaten setempat.

“Kehadiran saya di NTT, bukan untuk bersaing dengan provinsi lain, tapi untuk bersaing dengan negara lain. Standar kita itu minimal sama dengan Australia dan New Zealand”, tutur Gubernur Victor memotivasi warga untuk serius meningkatkan jumlah dan mutu Kelor yang dihasilkan.

“Kita bersyukur, karena memiliki iklim dan tanah yang cocok untuk Merunggai (Kelor, red). Karena begitu banyak manfaat tumbuhan ini, WHO (World Health Organization, red) menyebutnya sebagai pohon ajaib”, jelasnya.

Sebagai informasi bahwa, WHO menobatkan Kelor sebagai pohon ‘ajaib’ setelah melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun ini di negara-negara termiskin di dunia. 

Menurut hasil stusi teraebut perbandingan gram, Daun Kelor mengandung: 7 x vitamin C pada jeruk 4 x calcium pada susu 4 x vitamin A pada wortel 2 x protein pada susu 3 x potasium pada pisang

Kembali mengenai upaya peningkatan produksi, terkait kendala kekurangan mesin pengering yang dihadapi di lapangan, Gubernur berjanji memberikan bantuan 10 unit mesin baru, untuk meningkatkan volume produksi hingga 40 ton tepung per bulan, guna memenuhi kebutuhan ekspor ke pasar Jepang.

Selain Jepang, Papua Nugini juga dikatakan telah menyampaikan keinginan mereka untuk mengambil 100 ton tepung Kelor organik. Memenuhi permintaan itu akan dimaksimalkan 85 hektar lahan Kelor yang sudah dibudidayakan 5 (lima) desa di Kecamatan Io Kufeu.

Selain BUMDes M’Rian, pengelolaan daun Kelor juga dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) Maspete. Total produksi yang dilakukan KUB Maspete dan BUMDes M’rian ini, saat ini baru bisa menghasilkan 10 ton per bulannya.

Guna meningkatkan produksi tersebut, Bupati Kab. Malaka, dr. Stef Bria Seran juga mengatakan akan memberikan perhatian lebih untuk pengolahan Kelor ini dan berjanji untuk memperjuangkan dibangunnya 5 (lima) embung, bersama Pemerintah Provinsi NTT yang selama ini menjadi salah satu kendala. Selain itu tambahan bibit juga akan diberikan oleh Dinas Pertanian Provinsi NTT.

“Saya lihat, pemeliharaan dan cara panen Marunggai lebih gampang dari pekerjaan bersawah. Mulai hari ini, saya akan beri perhatian kepada komoditi yang satu ini,” ujarnya.

Sementara itu Pimpinan BUMDes M’Rian, Nina pada kesempatan tersebut mengungkapkan, selain masalah air, masalah sertifikat organik dan permodalan juga menjadi kendala yang mereka hadapi dalam proses pengolahan Kelor hingga menjadi produk tepung, sabun dan pelembab itu.

“Saat ini, kami harus memperbaharui sertifikat organik lahan anggota. Kami juga membutuhkan biaya administrasi untuk mengubah status KUB menjadi PT dan tambahan modal untuk membeli daun basah petani,” sebut Nina yang memberi harga Rp.5000,- untuk setiap pembelian satu kilogram Daun Kelor basah.

Nampak turut hadir dalam kunjungan yang dilanjutkan dengan diskusi tersebut, Kepala Dinas PMD NTT, Kepala Dinas Pertanian NTT, Kepala Dinas Perindag NTT, Kepala Bapelitbanda NTT, perwakilan OJK, PD. Flobamor, Bank NTT, camat dan para Kepala Desa serta warga dari lima desa dalam Kecamatan Io Kufeu. (IMO-Indonesia/gama)